Kamis, 18 November 2010

SEPATU BARU KU HILANG

Pada suatu hari, 3 hari minggu menjelang UTS sewaktu itu saya tinggat 1 semester 2. Pada waktu itu sekitar jam 3 sore, saya dan teman-teman saya sudah pulang kuliah, sebelum kami pulang kerumah kami ber 7 mampir ke warnet dulu yang ada di depan kampus Universitas Gunadarma untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Sebelum kami masuk ke warnet tersebut sepatu kami harus di lepas, sebenarnya sebelum masuk ke warnet itu perasaan saya sudah merasa tidak enak, saya mengusulkan pada teman saya kalo besok saja kita ke warnet langganan kita, tapi karna tadi warnet langganan kita tutup dan teman saya pun mengatakan ‘ ya sudah lah sekarang saja kita ke warnetnya, lagian apa bedanya besok dengan sekarang, intinya sama-sama ke warnet untuk mengerjakan tugas ‘.
Kurang lebih sudah 2 jam kami berada di warnet, dan kami pun bergegas untuk segera pulang ke rumah masing-masing, karna waktu sedah kurang lebih jam 5 sore. Pada waktu itu sebelum pulang saya kebingungan untuk mencari sepatu saya, saya kira sepatu saya di sembunyikan oleh teman-teman saya karna teman-teman saya semuanya mentertawakan saya yang sedang kebingungan untuk mencari sepatu saya, dan teman-teman saya pu menyuruh saya untuk segera cepat-cepat untuk mencari sepatu saya, mereka pun mengira kalau saya itu bercanda dan sengaja untuk mengulur-ulur waktu karna sepatu saya belum juga di ketemukan.
Karna saya dan teman-teman saya pun sudah kelelahan untuk mencari sepatu saya, mau tidak mau saya dan teman-teman pun menanyakan hal sepatu saya kepada penjaga warnetnya, tapi sungguh sangat tak di sangka malah saya dan teman-teman yang di marahin oleh penjaga warnetnya. Penjaga warnetnya malah mengatakan ‘ memangnya saya ngurusin sepatu apa kalau sepatu ada sepatu yang hilang, hal tersebut bukan urusan saya ‘. Kata-kata macam apa coba itu padahal saya dan teman saya menanyakan hal tentang sepatu sudah sangat dengan sopan tapi jawaban dari penjaga warnetnya malah seperti itu. Penjaga warnet macam apa coba itu bicaranya tidak enak untuk di dengar, seharusnya kalau memang dia tidak bisa bicara dengan sopan, nada suara dan kata-katanya biasa saja, saya dan teman-teman saya kan adalah pengunjung, seharusnya pengunjung itu di hormatin, pengunjung kan adalah raja.
Sewaktu kami sudah menanyakan hal tentang sepatu saya kepada penjaga warnet, ada seorang ibu-ibu penjaga warung yang berada tepat di sebelah warnet dia bertanya kepada saya ‘ ada apa de? ‘, lalu saya menjawab ‘ saya sedang mencari sepatu saya bu ‘, lalu ibu itu pun berkata ‘ sepatunya yang warna coklat bukan de? ‘, lkemudian saya pun menjawab ‘ iya bu bener sepatu saya yang warna coklat ‘, lalu ibu itu pun berkata ‘ tadi ada seorang perempuan yang keluar dari warnet itu, lalu dia memakai sepatu warna coklat de ‘. Saya dan teman-teman saya pun sangat terkejut sewaktu ibu itu berkata kalo sepatu saya tadi ada yang memakainya. Sebenarnya saya masih kurang percaya dengan apa yang ibu itu katakana, tapi ada seorang bapak tukang ojek yang sedang nongkrong di warung itu pun mengatakan ‘ memang benar de, tadi ada seorang perempuan yang keluar dari warnet itu lalu dia memakai sepatu warna coklat ‘.
Saya dan teman-teman saya pun benar-benar kaget dan percaya tidak percaya kalau apa yang di katakan oleh seorang ibu penjaga warung dan bapak tukang ojek itu katakan kalau sepatu saya yang berwarna coklat itu ada yang memakainya dan di bawa. Soalnya baru kali ini saya ke warnet lalu sepatu saya hilang, padahal sepatu saya itu adalah sepatu yang baru saya beli 3 hari yang lalu dan baru saya pakai 3 hari, masa dalam jangka waktu di pakai 3 hari sepatu saya sudah hilang, benar-benar sangat keterlaluan.
Pada akhir nya salah satu dari teman saya pun mengusulkan kalau saya di suruh membeli sendal jepit untuk saya pulang, tidak sangat mungkin kan saya pulang tidak menggunakan sepatu atau sandal, bisa-bisa saya di tertawakan banyak orang. Ya sudah pada akhirnya mau tidak mau saya harus membeli sendal jepit baru untuk saya pakai pulang ke kost. Sangat konyol banget saya berangkat dari kost ke kampus menggunakan sepatu baru, tapi pulang dari kampus lalu mampir ke warnet, lalu pulang ke kost saya memakai sendal jepit baru. Coba saja sebelum saya masuk ke wernet saya lebih percaya kepada perasaan saya yang tidak enak dari awal, benar-benar tidak menyenangkan memaksakan sesuatu yang dari awal kita rasakan sudah tidak merasa nyaman.

By dEsI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar